PENGHAMBATAN TUMBUH TUNAS LATERAL DAN DOMINANSI TUNAS APIKAL
ABSTRAK
Auksin adalah hormon pertumbuhan yang diproduksi tanaman pada daerah meristematik yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan. Praktikum dilakukan untuk meneliti penghambatan tunas lateral dan dominasi tunas apikal. Pengamatan dilakukan terhadap kecambah Phaseolus radiatus dengan diberikan 2 perlakuan yang berbeda. Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan bahwa dominasi tunas apikan dipengaruhi oleh kerja hormon auksin pada pucuk, dengan demikian terjadi penghambatan tunas lateral. Sementrasa pemotongan daerah pucuk akan menghambat terjadinhya dominasi tunas apikan yang akan memacu pertumbuhan tunas lateral. Pasta IAA berperan dalam memacu pertumbuhan tunas lateral.
Kata kunci : dominasi apikal, penghambatan lateral, auksin, IAA
A. Pendahuluan
Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk(puncak) batang. Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk/apikal, pertubuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk apikal merupakan tempat memproduksi auksin ( Dahlia 2001).
Dominansi apikal merupakan pertumbuhan ujung batang yang sering mendominasi pertumbuhan bagian lain sehingga pembentukan cabang lateral dihambat. Secara alami cabang lateral akan tumbuh pada nodus bagian bawah yang cukup jauh dari ujung batang apabila pertumbuhan batang sudah cukup, hal ini disebabkan karena semakin jauh dari ujung batang pengaruh dominansi apikal semakin berkurang. Berdasarkan kekuatan dominansi apikal, tanaman dibedakan menjadi dua yaitu dominansi apikal yang kuat seperti pada tanaman Kalanchoe dan Bryophyllum dan dominansi apikal yang lemah seperti pada Solanum tubersum dan Solanum lycopersicu. Dominansi apikal dan pembentukan cabang lateral ini dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon (Khrishnamoorthy, 1981; Taiz and Zeiger, 1998 dan Hopkins, 1995).
Menurut teori ”Nutrien Diversion” dominansi apikal terjadi karena gerakan nutrien ke atas diarahkan ke tunas apical bukan ke tunas lateral, hal ini sebagai akibat adanya produksi auksin di apikal tanaman. Daun dan beberapa tunas yang terbebas dari dominansi apikal akan mulai tumbuh dan menghasilkan auksin. Adanya sitokinin akan memacu pembelahan sel dan produksi auksin sehingga terbebas dari dominansi (Wilkins, 1989).
Penghentian dominasi apikal sementara dengan memotong pucuk akan memengaruhi kondisi hormon tanaman. Melalui perlakuan ini, auksin yang terakumulasi pada daerah pucuk akan terdistribusi ke bagian meristem yang lain seperti buku di daerah dekat mata tunas. Melalui interaksinya dengan hormon lain, kondisi ini memungkinkan auksin memengaruhi aktivitas meristem pada mata tunas untuk tumbuh membentuk tunas lateral (Pasian, 1999 dalam Sutisna, 2010). Namun, distribusi hormon lain tersebut, terutama sitokinin dan giberelin sering kali tidak merata pada setiap buku batang. Aplikasi GA3 dan BA pada fase ini akan meningkatkan distribusi kedua hormon tersebut pada buku dan selanjutnya berinteraksi dengan auksin untuk menstimulasi aktivitas meristem mata tunas untuk membentuk tunas baru (Vardja dan Vardja, 2001 dalam Sutisna, 2010).
Pertumbuhan memanjang cabang lateral dipengaruhi oleh auksin yang dihasilkan oleh ujung apikal tunas lateral sendiri dan sitokinin yang ditransport dari akar. Siokinin akan merangsang pembelahan sel melalui peningkatan laju sintesis protein (Taiz, 1998), dengan adanya pembelahan sel maka jumlah sel akan menjadi banyak dan dengan adanya auksin sel dapat membesar dan memanjang. Auksin dapat menyebabkan pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi plastisitas dinding sel. Auksin akan memacu protein yang ada di membram sel untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini akan mengaktifkan enzim sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa. tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuhan dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma (Campbell, et al., 2000).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA adalah sintesis auksin, pemecahan auksin dan inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul. Menurut Salisbury dan Ross (1995), kadar auksin endogen dari aktifitasnya dalam jaringan berhubungan dengan keseimbangan antara intensitas dengan hilangnya auksin karena transfer dan metabolisme. Auksin diproduksi dalam jaringan meristem yang aktif (yaitu tunas, daun muda, dan buah). Transfer berlangsung secara basipetal, yaitu dari ujung ke basal.
Heddy (1989) menyatakan pengaruh fisiologi auksin pada tumbuhan meliputi:
1. Pemanjangan sel
Pada koleoptil batang, jika terdapat jumlah auksin yang optimal dapat mempengaruhi pemanjangan sel.
2.Tunas ketiak
IAA yang telah dibentuk di meristem apikal ditransport ke bagiab bawah tumbuhan dapat menghambat pekembangan tunas ketiak. Namun bila meristem apikal dipotong maka akan meningkatkan perkembangan tunas lateral.
3. Absisi daun
Daun dapat terpisah dengan batang bila sel pada absisi daun mengalami perubahan kimia dan fisik
4.Aktifitas kambium
Auksin merangsang pembelahan sel kambium
5. Tumbuh akar
IAA dapat menghambat pemanjangan akar bila tidak dalam keadaan optimal.
B. Tujuan
Praktikum ini dimaksudkan untuk meneliti pengaruh hormon auksin terhadap perumbuhan tunas lateral.
C. Material dan Metoda
a. Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Mei 2012 bertempat di Laboratorium Pendidikan Biologi, FKIP Untan tepatnya pukul 07.30 sampai 09.30 WIB.
b.Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: silet, petri dish, dan penggaris. Sementara, bahan yang dipakai adalah kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus), pasta IAA 400 ppm, air dan kapas.
c.Cara Kerja
Disediakan sebuah cawan petri yang akan diisi dengan 5 buah kecambah kacang hijau berumur 5 hari. Selanjutnya kecambah tersebut disimpan di tempat tertutup di ruang gelap. Setelah 5 hari dibiarkan berada di dalam ruang tertutup, dipilih dua buah kecambah dan pucuknya dipotong dengan silet. Tepat di bagian yang terpotong diolesi dengan pasta IAA. Dua buah kecambah lainnya tidak dipotong dan berfungsi sebagai kontrol. Setelah itu, kecambah kembali disimpan di tempat gelap. Setelah 14 hari, panjang tunass laterla yang diberi pasta IAA diukur dan dibandingakan dengan tanaman kontrol.
D. Data Pengamatan
Tabel 1. Perubahan Panjang Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)
E. Pembahasan
Proses pemanjangan pada tanaman sangat dipengaruhi oleh hormon auksin. Hormon auksin dapat kita temukan pada daerah meristematik pada tanaman termasuk daerah apikal. Itu sebabnya auksin dapat mempengaruhi cepat lambatnya pemanjangan yang terjadi di daerah ujung akar dan ujung batang.
Wattimena (1998) engatakan bahwa hormon auksin membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, dan mengutangi jumlah biji dalam buah. Hormon auksin ini akan terhambat kerjanya jika mendapatkan penyinaran cahaya matahari. Karena itulah pengamatan dilakukan dengan menyimpan objek pengamatan di tempat gelap yang tidka terkena penyinaran matahari.
Pengamatan dilakukan dengan membandingkan 2 kecambah kacang hijau dimakan perlakuan berbeda diberikan kepadanya. 2 buah kecambah setelah 5 hari dipotong dan pucuknya dan fungsi auksin degantikan dengan pasta IAA. Sementara dua lainnya tidak diberikan perlakuaan karena akan dijadikan sebagai kontrol.
Perbedaan kecepatan tumbuh diantara kontrol dan yang diberikan perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan di mana pertumbuhan kecambah yang mendapatkan pasta IAA lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak diberikan pasta IAA. Perdaannya dapat dilihat secara langsung pada tabel pengamatan. Perbedaan panjang ini disebabkan oleh IAA yang berperan aktif dalam mempercepat proses pembelahah sel di daerah apikal. Pemanjangan terus terjadi ke atas karena tunas apikal memiliki dominansi pertumbuhan sementara tunas lateral terhambat pertumbuhannya. Aktivitas hormon pada tanaman ini tidak terhenti melainkan digantikan dengan pasta IAA yang diberikan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Salisbury and Ross (1995) yaitu Tanaman yang ujung batang nya di potong menyebabkan aktivitas hormon auksin menjadi terhenti. Akan tetapi auksin yang terhenti ini dapat digantikan dengan adanya Pasta IAA yang dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya.
Pemanjangan tanaman kontrol lebih lambat dikarenakan selain untuk menumbuhkan tunas apikal., hormon auksin di sini juga memberikan fungsinya dalam membentuk tunas lateral. Sehingga cadangan makanan yang ada penggunaannya terbagi karena harus mensupport pertumbuhan apikal dan lateral.
Hal tersebut diatas tidak sesui dengan teori yang menyatakan bahwa pemotongan pucuk akan menghambat kerja auksin sehingga pertumbuhan tunas lateral akan terjadi. Jadi, seharusnya tanaman kontrol dapat lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang telah dipotong bagian pucuknya meskipun peran auksin telah digantikan dengan pasta IAA, karena dominansi apikal terjadi pada tanaman ini dan hormon auksin menghambat pertumbuhan pada tunas lateral. Sementra pada tanaman yang dipotong, pertumbuhan tunas lateral seharusnya terjadi sedangkan doominansi apikal dapat terhambat.
F. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pada pertumbuhan di tempat gelap, dimana hormon auksin dapat berfungsi dengan maksimal, terjadi penghambatan tumbuh pada tunas lateral sementara pertumbuhan tunas apikal terus terjadi yang menyebabkan pemanjangan batang keccambah dengan sangat cepat. Meskipun bagian pucuk pada tanaman (daerah meristematik) dimana hormon auksin diproduksi, fungssi hormon auksin tetap bisa digantikan dengan pasta IAA yang juga akan mempercepat pertumbuhan.
Rekomendasi yang dapat saya berikan dalam praktikum ini adalah gunakanlah wadah yang lebih besar yang akan digunakan untuk menyimpan cawan petri di tempat gelap, karena jika tempat (keranjang) yang digunakan kecil akan mempersulit kita untuk meletakkan kecambah yang telah memanjang sehingga dalam penyiraman akan merusak tanaman yang lain karena saling tindih. Dengan demikian data yang diinginkan tidak akan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2000. Biologi. Edisi 5: Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Dahlia.2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang: UM Press.
Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. Penerbit CV Rajawali, Jakarta.
Hopkins, W.G. 1995. Introduction to Plant Physiology. John Willey and Sons Inc, Singapore.
Krishnamoorthy, H.N. 1981. Plant Growth Substances Including Applications In Agriculture. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
Salisbury F D, Ross C W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I edisi IV. Bandung: ITB Pres
Sutisna, Agus. 2010. Teknik Mempercepat Pertumbuhan Tunas Lateral Untuk Memperbanyak Vegetatif Anthurium dengan Aplikasi GA3 dan BA. http://ftp.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt152105.pdf. Jurnal. (diunduh: 19 Juni 2012)
Taiz L. and E. Zieger. 1998. Plant Physiology. Sinauer AssociatesInc., Publisher. Sunderland. Massachusetts.
Wattimena G A. 1998. Zat Pengatur Tubuh Tanaman. Bogor: Pusat Antar Universitas Bogor
Wilkins, M.B. 1989. Fisiologi Tanaman. Bina Aksara, Jakarta
0 Komentar