PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

a. Perlawanan terhadap Persekutuan Dagang

1) Sultan Baabullah mengusir Portugis

  • Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore dan Portugis.
  • Penyebab utama: Portugis menghalang-halangi perdagangan Banda dengan Tidore. Portugis menembaki perahu dari Banda yang akan membeli Cengkih ke Tidore. Tidore tidak terima dengan tindakan Portugis, lalu terjadilah perlawanan. 
  • Pada perang tersebut, Portugis mendapat kemenangan karena berhasil mengadu domba Kerajaan Ternate dan Tidore, dan mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan.
  • Rakyat Maluku sadar Portugis hanya akan merusak perdamaian. Lalu, Sultan Hairun beserta rakyat mulai melakukan perlawanan terhadap Portugis.
  • Sultan Hairun melakukan perundingan dengan Portugis di Benteng Sao Paolo (1570), tetapi Portugis tiba-tiba menangkap Sultan Hairun dan membunuhnya.
  • Rakyat Maluku marah, perlawanan dilanjutkan oleh Sultan Baabullah (Putera Sultan Hairun). 
  • Ternate Dan Tidore bersatu melancarkan serangan terhdap portugis dan berhasil mengusir Portugis dari Ternate. Portugis melarikan diri dan menetap di Ambon.
  • Pada tahun 1605, Portugis diusir oleh VOC dari Ambon dan kemudian menyingkir ke Timor Timur/Timor Leste dan melakukan kolonisasi di tempat itu.

2) Perlawanan Aceh

  • Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada laut Aceh telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. 
  • Pada tahun 1629, Aceh mencoba menaklukkan Portugis, tetapi belum berhasil mendapatkan kemenangan.
3) Ketangguhan “Ayam Jantan dari Timur”
  • Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa di Sulawesi Selatan. Karena ketangguhannya melawan Belanda, Sultan Hasanuddin dikenal sebagai “Ayam Jantan dari Timur”.
  • Karena adanya selisih paham antara Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dan Bone (Arung Palaka), VOC memanfaatkan situasi tersebut dengan mengadu domba kedua kerajaan tersebut.
  • VOC memberikan dukungan, sehingga Bone menang saat perang dengan Gowa (1666). Akibatnya Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. 
  • Perjanjian Bongaya adalah perjanjian antara Sultan Hasanuddin dan VOC.

4) Serangan Mataram Terhadap VOC

  • Mataram adalah kerajaan besar di Jawa Tengah. 
  • Pada awalnya, Belanda dan Mataram menjalin hubungan baik. Belanda diizinkan mendirikan benteng gudang (loji) untuk kantor dagangn di Jepara (1615). Belanda juga memberikan dua meriam untuk Kerajaan Mataram.
  • Penyebab perselisihan Mataram dan Belanda: nafsu monopoli Belanda. Pada tanggal 18 November 1618, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen memrintahkan van der Marct menyerang Jepara. Kerugian Mataram sangat besar. 
  • Raja Mataram Sultan Agung  mempersiapkan penyerangan kedudukan VOC di Batavia.
  • Penyerangan pasukan Mataram terhadap VOC di Batavia berlangsung dua kali, yaitu tahun 1628 dan 1629. 
  • Pada serangan pertama, pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Baurekso, Tumenggung Sura Agul-Agul, dan kedua bersaudara Kiai Dipati Mandurejo dan Upa Santa. 
  • Serangan pertama ini gagal karena kurangnya persediaan bahan makanan Mataram kurang matang dalam memperhitungkan medan pertempuran, dan persenjataan Belanda jauh lebih modern dibanding tentara Mataram. Tumenggung Baurekso gugur dalam serangan pertama ini. 
  • Mataram mempersiapkan serangan kedua dengan pimpinan Kyai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purbaya (tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629). Persiapan dilakukan lebih matang. 
  • Serangan kedua pasukan Mataram juga mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut disebabkan gudang-gudang bahan makanan pasukan Mataram dibakar oleh VOC. 
  • Pada tahun 1799, VOC bangkrut dan dibubarkan. Pada tanggal 31 DEsember 1799, VOC dinyatakan bubar. Setelah dibubarkannya VOC, Indonesia berada di bawah pemerintah Hindia Belanda.

REFERENSI

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.




Posting Komentar

0 Komentar