[LAPORAN PRAKTIKUM] KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN JANGUNG (Zea mays) | ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN



KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN JANGUNG (Zea mays)

ABSTRAK

Pertumbuhan adalah proses pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran biologi mencakup pertumbuhan volume, berat, jumlah sel, banyaknya protoprasma dan tingkat kerumitan. Laju pertumbuhan seringkali digambarkan dalam bentuk grafik. Dalam praktikum ini, dilakukan pengukuran laju pertumbuhan jagung (Zea mays) yangdigambarkan dalam sebuh grafik berbentuk S (Sigmoid). Bahan yang digunakan berupa biji jagung dan media tanah, air, kertas, benang, kertas aluminium voil, sedangkan alat yang digunakan berupa pisau, pot , penggaris, oven, timbangan analitik, evaporimeter, thermometer, pensil, dan gunting. Metode yang digunakan adalah pengukuran dengan cara destruktif dan non-destruktif dengan penambahan pupuk dan tanpa pupuk pada media tanam. Pengamatan dan pengukuran dilakukan selama 7-8 minggu sampai tanaman jangung berbuah. Kurva pertumbuhan yang terbentuk adalah S (Sigmoid) baik untuk tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat basah, dan berat kering tanaman jagung. Terbentuknya kurva berbentuk S ini karena tumbuhan mengalami 3 fase pertumbuhan yaitu: fase pertumbuhan logaritmik, fase pertumbuhan linier, dan fase pertumbuha senescence.


Kata kunci: kurva sigmoid, pertumbuhan, destruktif, non-destruktif, pupuk, non-ppupuk, Zea mays,


A. Pendahuluan
Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi setiap tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan volume yang signifikan. Seiring berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses tumbuh sendiri dapat dilihat pada selang waktu tertentu, di mana setiap pertumbuhan tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan (Latunra, dkk., 2009).

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, dkk., 1975).

Soerga (2009) menyatakan banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auxin, jika melakukan perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auxin sangat peka terhadap cahaya, jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas.

Banyak peneliti merajahkan ukuran atau bobot organisme terhadap waktu dan ini menghasilkan kurva pertumbuhan. Sering, kurva tersebut dapat dijelaskan dengan fungsi matematika yang sederhana misalnya garis lurus atau kurva berbentuk S yang sederhana. Walaupun proses metabolik dan proses fisika yang menghasilkan kurva pertumbuhan terlalu rumit untuk dijelaskan dengan menggunakan model sederhana., kurva sederhana sering berguna berguna dalamperujukan berbagai data yang terukur. Lagipula, koefisien yang harus dimasukkan agar persamaan cocok dengan kurva dapat digunakan untuk mengelompokkan efek suatu perlakuan dalam percobaan.

Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia tumbuh. 

Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.

Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah.

Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. (Salisbury.F.B.1995).

Kurva sigmoid ini erat sekali hubungannya dengan pertumbuhan.Umumya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem apikal dari tunas akar.Pada rerumputan dan monokotil lainnya daerah pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku atau nodus. Pertumbuhan juga terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium.Pertumbuhan bagian pucuk dan akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik (embrionik) pada titik tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi sel-selnya,bila mana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga.

Pertumbuhan itu lebih mudah digambarkan dari pada di defenisikan. Pertumbuhan berarti pembelahan sel dan pembesaran sel. Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik. Proses differensiasi seringkali dianggap pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman memerlukan proses differensiasi.

Pertumbuhan tanaman di tunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik. Pertambahan ukuran dan dari suatu organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma, yang tejadi karna baik ukuran sel maupun jumlahnya bertambah. Pertambahan ukuran sel mempunyai batas yang diakibatkan hubungan antar voleme dan luas permukaan. Proses-proses pembelahan sel menentukan dasar untuk pertumbuhan akan tetapi pembelahan sel adalah proses-proses yang diatur secara biokimia, dan tidaklah perlu selalu diatur langsung oleh hubungan antara volume dan luas permukaannya

Pembuatan kurva sigmoid atau laju pertumbuhan ini juga dipengaruhi oleh beberapa factor tumbuh, misalnya :

Faktor Eksternal :

1. Iklim:Cahaya,temperature,air,panjang hari,angin dan gas.
2. Edafatik (tanah):tekstur,struktur,bahan organic,dan kapasitas pertukaran kation.
3. Biologis:Gulma,serangga,organisme penyebab penyakit,nematode,macam-macam tipe herbivore, dan mikro organisme tanah.


Faktor internal:

1. Ketahanan terhadap tekanan iklim,tanah dan biologis.
2. Laju fotosintesis.
3. Respirasi
4. Klorofil,karotein, dan kandungan pigmen lainnya.
5. Pembagian hasil asimilasi N.
6. Tipe dan letak merisitem.
7. Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan.
8. Aktivitas enzim.
9. Pengaruh langsung gen ( Heterosis,epistasi ).
10. Differensiasi.


Dengan adanya faktor pertumbuhan internal dan eksternal ini dapat dikatakan bahwa faktor-faktor ini juga ikut berperan penting dalam penentuan fase pertumbuhan pada tanaman. Yang akan digambarkan dalam kurva matematisnya (Yuliza, 2010).

Pada umumnya tanah-tanah di daerah tropika basah kekurangan unsur hara N dan mengandung bahan organik rendah. Nitrogen adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar dan pada tanah pertanian yang tidak dipupuk, tanaman sering menunjukkan gejala defisiensi. Oleh karena itu, pemupukan N sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi tanaman yang optimal. 

Pengelolaan pemupukan N sering dihadapkan pada rendahnya efisiensi yang disebabkan oleh besarnya kehilangan N melalui pencucian, volatilisasi dan denitrifikasi. Kehilangan N tersebut sering berakibat buruk terhadap lingkungan. Besarnya kehilangan N tersebut terutama terjadi akibat ketidakselarasan antara penyediaan N dengan permintaan N tanaman. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penyelarasan antara penyediaan N dan permintaan tanaman yang menyangkut waktu dan jumlahnya (Wawan, 2007).

Pengamatan pertumbuhan tanaman dilapangan , meliputi:

Pengamatan non destruktif:
Non destrtructive testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance (Achmad, 2010).

- Tinggi tanaman
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah sampai bagian tajuk tanaman paling tinggi.

- Jumlah daun
Pengamatan dilakukan dengan menghitung daun-daun yang sudah membuka sempurna.

- Diameter batang
Pengamatan dilakukan dengan mengukur batang pada ketinggian 10 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong.

Pengamatan destruktif:
Pengujian lapangan bersifat dekstruktif dilakukan dengan mencabut sampel tanaman secara perminggu dengan mengukur :

- Luas daun
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode p x l, dengan rumus:

LD = p x l x k

Dimana p = panjang daun, l = lebar daun, dan k = konstanta. Nilai k didapat dari hasil bagi luas daun yang diukur dengan metode kertas millimeter dan luas daun p x l. 

- Bobot kering total tanaman
Pengamatan bobot kering total tanaman dilakukan dengan menimbang seluruh bagian tanaman yang telah di oven pada suhu 800 C sampai diperoleh berat yang konstan.

- Laju pertumbuhan tanaman (Crop Growth Rate = CGR)
Laju pertumbuhan tanaman ialah kemampuan menghasilkan biomassa persatuan waktu. Dihitung berdasarkan pertambahan berat kering total tanaman diatas tanah persatuan waktu.

Rumus: CGR = (g cm-2 hari-1)

Keterangan : W1 dan W2 : Berat kering total tanaman pada saat dua 

pengamatan destruktif T1 dan T2

T1 dan T2 : Umur tanaman (dalam hari)


T1 : saat pengamatan pertama


T2 : saat pengamatan kedua


GA : Luas tanah (jarak tanam)


Secara teoritis ,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies, maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan. Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion principles ) (Ewusie,1990).

Dengan demikian, untuk mengetahui apakah kurva sigmoid akan selalu terbentuk pada pertumbuhan setiap tumbuhan (dalam hal ini Zea mays), dilakukanlah praktikum ini. Dalam praktikum ini juga akan dilihat bagaimana pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap laju pertumbuhan Zea mays.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur laju pertumbuhan jagung (Zea mays) dan mengetahui bagaimana faktor internal dan eksternal tumbuhan jagung mempengaruhi laju pertumbuhannya.

C. Material dan Metoda
a. Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilaksanakan Laboratorium Biologi FKIP dan Lapangan di depan Laboratoirum mulai dari 9 Maret hingga 18 Mei 2012.
b. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain pisau, pot, penggaris, oven, timbangan digital evaporimeter, thermometer, pensil, dan gunting. Sementara bahan yang digunakan antara lain biji jagung (Zea mays), media tanam yang terdiri dari pasir dan tanah bakar dengan perbandingan tanah : pasir = 2 : 1, air, kertas, benag, aluminium foil, dan pupuk.
c. Cara Kerja
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih bibit jangung yang baik, yang telah direndam sebelumnya agar perkecambahan tidak gagal terjadi dan biji mengalami imbibisi. Selanjutnya adalah menyiapkan media tanam yang merupakan campuran antara tanah bakar dan pasir dengan perbandinga 2 : 1. Setelah media tanam siap, disiapkan 16 pot dengan ukuran yang sama untuk memasukkan media tanam tadi. Delapan pot disiapkan untuk penanaman tanpa pemberian pupuk, sedangkan delapan pot lainnya untuk penanaman dengan menggunakan pupuk. Setelah itu, biji jangung yang telah dipilih dimasukkan ke dalam pot yang telah berisi media tanam. Jumlah bij yang dimasukkan adalah 7 biji, dengan 2 biji sebagai cadangan. Jarak antar biji di dalam pot diatur sedemikian rupa dengan jarak yang kurang lebih sama. setiap tanaman diberi label pada pot.

Pertumbuhan tanaman diamati setiap hari sampai tanaman jagung berbuah. Setiap hari tanaman disiram. Setiap minggu dilakukan pencabutan satu tanaman untuk pengamatan destruktif yaitu untuk mengukur berat basah dan berat kering. Pengukuran juga dilakukan terhadap faktor eksternal yaitu suhu tanah, suhu udara, curah hujan, kelembaban, dry dan wet, dan evaporasi. Penghitungan junlah daun, luas daun dan tinggi tanaman juga perlu untuk dilakukan.

Seluruh data pengamatan dimasukkan ke dalam tabel pengamatan dengan dicari rata-ratanya setiap minggu terlebih dahulu. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk grafik.

Rumus yang digunakan dalam pengukuran luas daun, yaitu :

D. Data Pengamatan
1. Perlakuan Destruktif

2. Perlakuan Non-Destruktif

Tabel 8. pengamatan pertumbuhan rata-rata tumbuhan Zea mays dan faktor-faktor fisik lingkungan sekitar tumbuhan pada perlakuan diberi pupuk.
Tabel 9. pengamatan pertumbuhan rata-rata tumbuhan Zea mays dan faktor-faktor fisik lingkungan sekitar tumbuhan pada perlakuan tidak diberi pupuk.
A. Pembahasan
Dalam praktikum ini, media tanam yang digunakan adalah tanah bakar dicampur dengan pasir dengan perbandingan 2:1. Penambahan pasir ini bertujuan untuk memperbesar pori-pori sehingga banyak air yang dapat diserap, karena kita tahu bahwa air sangat penting untuk memulai proses perkecambahan. Air juga berfungsi dalam sistem angkutan tanaman. Penggunaan pasir ini juga untuk mempermudah dalam pencabutan tanaman yang menggunakan metode destruktif karena akar jagung tidak melekat dengan kuat pada media tanam.

Biji jagung yang digunakan adalah biji yang benar-benar baik agar proses perkecambahan dapat terjadi. Sebelum ditanam, biji jangug direndam terlebih dulu untuk mengaktigkan enzim pertumbuhan yaitu GA3 dan menghentikan proses dormansi dan memulai proses germination dengan diawali peristiwa imbibisi.

Pertumbuhan jagung tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internalnya saja namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal lainnya. Faktor eksternal yang diamati dalam praktikum ini antara lain: suhu tanah, sushu udara, kelembaban curah hujan, evaporasi, dan dry and wet. Keempat faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jagung terutama terhadap proses metabolisme yang terjadi di dalamnya. 

Suhu tanah yang terukur rata-rata sekitar 36-38OC sementara suhu udara rata-rata adalah 30-36O C. Suhu ini terbilang cukup tinggi hyang akan menurunkan kelembaban dimana suhu dan kelembaban berbanding terbalik. Keadaan ini juga akan mempercepat evaporasi atau penguapan. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi proses yang terjadi dalam tubuh tanaman. Meningkatnya suhu akan mempercepat proses traspirasi pada tanaman sehingga pada batas tertentu (Limit point) tanaman akan segera menutup stomata untuk menghambat proses transpirasi yang hanya akan menghabiskan persediaan air tanaman sehingga proses metabolisme di dalamnya juga akan terhambat. Akhirnya keadaan ini akan menghambat proses fotosintesis yang juga berdampak pada menurunnya laju pertumbuhan. Tentu saja hal ini tidak terjadi terus menerus karena suhu udara dalam masa percobaan akan cenderung berubah-ubah. Pengambilan nilai suhu ini juga hanya dilakukan pada siang hari sekitar jam 14-15.00 WIB.

Terdapat 2 perlakuan yang berbeda terhadap tanaman jagung yang diuji. Yang pertama adalah pertumbuhan dengan cara destruktif. Berdasarkan hasil pengamatan, pertumbuhan dengan cara destruktif ini akan cenderung mempercepat proses pertumbuhan tanaman karena saingan tanaman dalam mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhannya akan berkurang sehingga proses metabolisme sel dapat berjalan dengan cepat. Dengan demikian kurva yang terbentuk cenderung parabola untuk pertumbuhan panjang tanaman seperti yang terlihat pada grafik 8. Namun untuk parameter lainnya seperti banyak daun, berat basah dan berat kering grafik menunjukkan bentuk S (Sigmoid). Artinya meskipun pada proses pertumbuhan dengan metode penanaman destruktif prola pertumbuhan S (Sigmoid) masih tetap terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Sallisbury (1995) bahwa dalam pertumbuhan, tanaman mengalami 3 fase pertumbuhan yaitu (1) fase pertumbuhan logaritmik yang cenderung lambat dan singkat, (2) fase pertumbuhan linier yang berlangsung konstan yang ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman, dan (3) fase pertumbuhan senescence yang ditunjukan dengan laju pertumbuhan yang menurun karena telah mencapai kematangna dan mulai menua.

Kedua adalah dengan metode non-destruktif, tanpa mencabut tanaman uji. Pada perlakuan yang kedua ini, pertumbuhan dengan pola sigmoid lebih jelas terlihat (lihat grafik 8). Persaingan tetap terjadi antara setiap tanaman sehingga pertumbuhannya akan lebih lambat. Pada fse logaritmik, tumbuhan mengalami pertumbuhan panjang. Pertumbuhan masih difokuskan pada penambahan tinggi tanaman dan jumlah daun serta luas permukaan daun. Selanjutnya diikuti dengan fase linier yang lebih konstan. Pada tahapan ini pertumbuhan tidak lagi difokuskan pada penambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun. Pertumbuhan sudah mulai dialihkan untuk fase generatif yaitu dengan terbentuknya bunga dan disusul dengan munculnya buah. Setelah berbuah, tanaman akan masuk pada fase senescence dan pertumbuhan akan menurun. 

Selain dengan perlakuan destruktif dan non-destruktif, praktikum juga dilakukan dengan 2 perlakuan lain yaitu dengan penambahan pupuk atau tidak pada media tanam. Terdapat beberapa perbedaan antara pertumbuhan tanaman yang diberikan pupuk dan tidak. Tanaman yang diberikan pupuk terlihat lebih hijau dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan pupuk pada media tanamnya. Hal ini dikarenakan tanaman yang diberikan pupuk, kecukupan unsur N nya terpenuhi sehingga pembentukan klorofil dapat lebih maksimal. Dengan demikian proses fotosintesis akan lebih cepat terjadi yang akhirnya mempercepat laju pertumbuhan tanaman. Berbeda dengan tanaman yang tidak diberika pupuk, daunnya terlihat lebih pucat.

Dari berat basah dan merat kering tanaman, kita dapat mengetahui bahwa selain terjadi pertumbuhan yang dapat kita amati secara langsung dari luar seperti pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun, di dalam sel juga terjadi pertumbuhan, hal ini terlihan dengan bertamabahnya protoplasma. Luas permukaan daun juga mengindikasikan telah terjadi pembelahan sel sehingga daun dapat menjadi lebih lebar. Pola penambahan berat basah ini juga adalah sigmoid.

B. Kesimpulan dan Rekomendasi
Pertumbuhan jagung baik itu dengan metode destruktif maupun non-destruktif, dengan penambahan pupuk atau tanpa penambahan pupuk pada media tanamnya akan tetap membentuk sebuah kurva berbentuk S yang disebut dengan kurva sigmoid. Parameter lain yang diukur selain tinggi tanaman, yaitu jumlah daun, luas daun dan berat basah dan berat kering juga menunjukkan kurva sigmoid.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu genetik dan faktor eksternal yaitu: suhu tanah, suhu udara, kelembaban, evaporasi, angin, struktur tanah dan curah hujan.

Setiap tanaman akan selalu mengalami 3 fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan yang dimaksud adalah (1) fase pertumbuhan logaritmik, (2) fase pertumbuhan linier, dan (3) fase pertumbuhan senescence.

Rekomendasi yang dapat saya berikan adalah lakukan pengukuran secara akurat agar data juga akurat dan kurva yang terbentuk adalah S (Sigmoid). Saran yang dapat saya berikan, bersabarlah dalam melakukan praktikum ini karena waktu yang diperlukan cukup lama.


DAFTAR PUSTAKA


Achmad, dkk., 2010. Kurva Sigmoid. http://www.scribd.com/doc/51962184 /Kurva-Sigmoid Diakses 20 Juni 2021.


Ewusie. 1990. Ekologi Tropika . ITB . Bandung.


Kaufman, P. B., dkk., 1975, Laboratory Experiment in Plant Physiology, Macmillan Publishing Co., Inc. New York.


Latunra, A.I., Eddyman, W,F., Tambaru, E., 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Universitas Hasanuddin, Makassar.


Salisbury.F.B.1995.Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan.ITB:Bandung


Soerga, N., 2009, Pola Pertumbuhan Tanaman, http://soearga.wordpress.com/ (Diakses: 28 Juni 2012)


Wawan, dkk. 2007. Keselarasan Penyediaan Nitrogen dari Pupuk Hijau dan Urea dengan Pertumbuhan Jagung pada Inceptisol Darmaga. Jurnal. http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/viewFile/1326/426 (diakses: 30 Juni 2012).


Yuliza, Rita. 2010. Kurva Sigmoid Pertumbuhan. http://bhimashraf.blogspot.com/2010/07/kurva-sigmoid.html (Diakses: 28 Juni 2012)












Posting Komentar

0 Komentar