Sumber Gambar: https://www.tintapendidikanindonesia.com
Pengertian Tes Diagnostik
Arikunto, (2009:34). Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian pemberlakukan yang tepat.
Senada dengan Arikunto Rasyid dan Mansur (2007:164) menjelaskan bahwa tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep.
Sudijono (2008:70) mendefenisikan tes diagnotik adalah tes yang dilakukan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Dalam buku Tes Diagnostik yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2007 menyebutkan bahwa tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut.
Jadi tes diagnostik merupakan upaya guru untuk mendapat informasi tentang kesulitan siswa dalam belajar.
Karakteristik Tes Diagnostik
Dengan diketahuinya kesulitan belajar siswa, guru akan dapat mencarikan bantuan yang tepat kepada siswa. Dalam buku Tes diagnostik yang diterbitkan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2007 dikemukan sejumlah karakteristik dari tes diagnostik yaitu:
- dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik,
- dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa,
- menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, dan
- disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit) yang teridentifikasi.
Fungsi Tes Diagnostik
Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:
- Mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,
- Merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi
Langkah-langkah dalam Mengembangkan Tes Diagnostik
Secara garis besar langkah-langkah dalam mengembangkan tes diagnostik (diknas, 2007:5) adalah:
1. Mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya.
2. Menentukan kemungkinan sumber masalah
3. Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai
4. Menyusun kisi-kisi soal
5. Menulis soal
6. Mereviu soal
7. Menyusun kriteria penilaian
Pelaksanaan Tes Diagnostik
Tes diagnostik ke-1 dilakukan sebagai calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon siswa tersebut sudah menguasai pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah, sehingga tes ini disebut juga tes penjajakan masuk (entering behaviour test).
Tes diagnostik ke-2 dilakukan terhadap calon siswa yang sudah akan mulai mengikuti program. Apabila cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan suatu pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik akan disatukan dalam satu kelas, atau semua kelas akan diisi dengan campuran anak yang baik, sedang atau kurang, ini semua memerlukan informasi. Informasi seperti ini dapat diperoleh dengan cara melakukan tes diagnostik. Dengan demikian maka tes diagnostik telah berfungsi sebagai tes penempatan (placement test)
Tes diagnostik ke-3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tidak semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan guru dengan lancar. Sebagai guru perlu memberikan tes diagnostik untuk mengetahui bagian/kompetensi dasar mana dari bahan yang diberikan itu belum dikuasai siswa.
Tes diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan. Tes ini dilakukan sebelum diadakan tes ulangan akhir semester atau ulangan kenaikan kelas atau remedial seandainya ditemukan permasalahan atau kesulitan-kesulitan belajar
Analisis Tes Diagnostik dan Tindak Lanjut
Kegiatan analisis ini meliputi pengolahan berupa pemeriksaan, penskoran dan penafsiran hasil tes secara cermat dan akurat sehingga dapat digunakan untuk memberikan tindak lanjut.
Penskoran tes diagnostik pada prinsip tidak berbeda dengan penskoran pada tes-tes yang lain, tetapi membutuhkan penelusuran dan interpretasi respons yang lebih cermat untuk menemukan fungsi diagnostiknya. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan penskoran dan penafsiran hasil tes diagnostik antara lain:
a. Memberikan skor tertinggi jika jawaban siswa lengkap dan skor terendah jika jawaban siswa paling minim, kegiatan penskoran juga harus mampu merekam jenis kesalahan (type error) yang ada dalam respons siswa. Siswa dengan skor sama, misalnya sama-sama 0 (berarti responsnya salah) belum tentu memiliki type error yang sama juga, karena itu mengidentifikasi penyebab terjadinya kesalahan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan menentukan berapa jumlah kesalahannya atau berapa skor total yang dicapainya. Hasil identifikasi type error menjadi dasar interpretasi yang akurat.
b. Untuk memudahkan identifikasi dan analisis terhadap berbagai type error yang terjadi, setiap type error dapat diberi kode yang ditentukan guru, misalnya:
A=terjadi miskonsepsi
B= kesalahan mengubah satuan
C=kesalahan menggunakan formula
D=kesalahan perhitungan, dan seterusnya.
c. Bila tes diagnostik terhadap suatu indikator dibangun oleh sejumlah butir soal perlu ditentukan batas pencapaian untuk menen¬tukan bahwa seorang siswa itu dinyatakan “sakit” (bermasalah). Juga perlu ditentukan batas toleransi untuk jumlah dan jenis type error yang boleh terjadi. Batas pencapaian ini dapat ditentukan sendiri oleh guru berdasar pengalamannya atau berdiskusi dengan teman sejawat. Batas pencapaian dapat dilakukan berdasarkan pencapaian KKM misalnya 75, namun karena tes diagnostik dimaksudkan sebagai dasar untuk memberikan bantuan, maka lebih aman jika menggunakan batas pencapaian tinggi, misalnya 80%.
d. Penskoran terhadap butir soal pemecahan masalah (problem solving) hendaknya mampu merekam setiap kemampuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut, meliputi:
- kemampuan menerjemahkan masalah ke dalam bahasa sains (linguistic knowledge);
- kemampuan meng¬iden¬tifikasi skema penyelesaian masalah (schematic know¬led¬ge);
- kemampuan mengidentifikasi tahapan-tahapan penye¬lesaian masalah (strategy knowledge); dan
- kemam¬pu¬an melakukan tahapan-tahapan penyele¬saian masalah (algorithmic knowledge).
e. Tes diagnostik menggunakan acuan kriteria (criterion- referenced), karena hasil tes diagnostik yang dicapai oleh seorang siswa tidak digunakan untuk membandingkan siswa tersebut dengan kelompoknya melainkan terhadap kriteria tertentu sehingga ia dapat diklasifikasikan “sakit dan membutuhkan terapi” ataukah “sehat” sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya.
Tindak Lanjut Hasil Tes Diagnostik
Di bawah ini diuraikan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat menindaklanjuti hasil tes diagnostik dengan baik (diknas, 2007). Kegiatan tindak lanjut dilakukan betul-betul berdasarkan hasil analisis tes diagnostik secara cermat. Tindak lanjut tidak selalu berupa kegiatan remidial di kelas, tetapi dapat juga berupa tugas rumah, observasi lingkungan, kegiatan tutor sebaya, dan lain-lain sesuai masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa. Kegiatan tidak lanjut juga tidak selalu dilakukan secara individu, tetapi dapat juga dilakukan secara kelompok bergantung pada karakteristik masalah yang dihadapi siswa.
Contoh dari Tes Diagnostik
1.Jika ada sebuah gelas kimia berisi air murni dan kemudian ditambahkan setetes larutan pewarna biru pada gelas kimia tersebut. Akhirnya air didalam gelas kimia akan berubah warna menjadi biru. Proses bereaksinya larutan pewarna biru secara merata kedalam air disebut....
a. osmosis
b. difusi
c. reaksi antara air dengan larutan pewarna
Alasan saya atas jawaban diatas adalah....
a. ketiadaan membran berarti tidak terjadi osmosis dan difusi
b. ada perpindahan partikel diantara daerah yang memiliki konsentrasi berbeda
c. zat pelarut berpisah menjadi partikel kecil dan bercampur dengan air
d. air berpindah dari daerah satu kedaerah lain
Simpulan
Tes diagnostik merupakan tes dalam upaya mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa. Untuk dapat mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa dengan cepat dan tepat, tes diagnostik harus direncanakan, dilaksanakan, dianalisis secara cermat sehingga berfungsi diagnostik. Hasil analisis digunakan untuk memberikan tindak lanjut berupa pemberian bantuan dalam mengatasi kesulitan yang dialami siswa.
Daftar pustaka
Arikunto Suharsimi, 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta, Bumi Akasara
Depdiknas, 2007. Tes Diagnostik, Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Pertama
Rasyid Harun dan Mansyur, 2007. Penilaian hasil Belajar, Bandung, Wacana Prima
Sudijono Anas, 2008. Pengatar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Raja Grafinddo Persada
0 Komentar